PROJECT RISK MANAGEMENT
(Manajemen Resiko)
Nama Kelompok 9 :
1. Hendra Septiadi (A1310009)
2. Novi Anisa (A1310019)
3. Wibowo (A1310030)
TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK TANAH LAUT
2012
A. PEMBAHASAN
1. Pengertian Manajemen Resiko
Manajemen risiko
adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian
risiko, pengembangan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan
sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko
kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko
tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau
legal (seperti bencana
alam atau kebakaran,
kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain,
terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan. (Elizabeth 2004)
Manajemen resiko adalah seperangkat
kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dipunyai organisasi, untuk mengelola,
memonitor dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap resiko. (SBC Warburg,
The Practice of Risk Management, Euromoney Book, 2004)
Manajemen
resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan
strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek
negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta
tuntutan hokum). (Wikipedia)
Manajemen
resiko adalah rangkaian langkah-langkah yang membantu suatu perangkat lunak
untuk memahami dan mengatur ketidak pastian (Roger S. Pressman).
Pada
saat kita mengerjakan pengembangan perangkat lunak sering kita menghadapi
berbagai situasi yang tidak nyaman seperti keterlambatan pengembangan atau
pengeluaran biaya pengembangan yang melebihi anggaran. Hal ini dikarenakan
kurang siapnya kita menghadapi berbagai kemungkinan resiko yang akan terjadi.
Untuk itu perlu dilakukan identifikasi tindakan yang harus dilakukan untuk
mencegah ataupun meminimalkan resiko tersebut.
Defenisi konseptual
mengenai resiko : (Robert Charette)
1.
Resiko berhubungan dengan kejadian di masa yg akan datang.
2. Resiko melibatkan perubahan (spt.
perubahan pikiran, pendapat, aksi, atau tempat)
3.
Resiko melibatkan pilihan & ketidakpastian bahwa pilihan itu akan
dilakukan.
Jadi, manajemen resiko (Project risk
management) seni dan ilmu dalam
mengidentifikasikan, analisa, dan merespon kemungkinan risiko selama proses
proyek berjalan.
Management Risiko sering kali terabaikan dalam sebuah proyek, tapi sebenarnya management risiko
dapat membantu mendevelope sebuah estimasi yang realistis.
2. pentingnya Project Risk Management
Mengapa manajemen resiko itu penting?
Sikap orang ketika menghadapi resiko berbeda-beda. Ada orang yang berusaha
untuk menghindari resiko, namun ada juga yang sebaliknya sangat senang
menghadapi resiko sementara yang lain mungkin tidak terpengaruh dengan adanya
resiko. Pemahaman atas sikap orang terhadap resiko ini dapat membantu untuk
mengerti betapa resiko itu penting untuk ditangani dengan baik.
Beberapa resiko lebih penting
dibandingkan resiko lainnya. Baik penting maupun tidak sebuah resiko tertentu
bergantung pada sifat resiko tersebut, pengaruhnya pada aktifitas tertentu dan
kekritisan aktifitas tersebut. Aktifitas beresiko tinggi pada jalur kritis
pengembangan biasanya merupakan penyebabnya.
Untuk
mengurangi bahaya tersebut maka harus ada jaminan untuk meminimalkan resiko
atau paling tidak mendistribusikannya selama pengembangan tersebut dan idealnya
resiko tersebut dihapus dari aktifitas yang mempunyai jalur yang kritis.
Resiko
dari sebuah aktifitas yang sedang berlangsung sebagian bergantung pada siapa
yang mengerjakan atau siapa yang mengelola aktifitas tersebut. Evaluasi resiko
dan alokasi staf dan sumber daya lainnya erat kaitannya.
Resiko
dalam perangkat lunak memiliki dua karakteristik:
-
Uncertainty : tidak ada
resiko yang 100% pasti muncul.
-
Loss : resiko berimbas
pada kehilangan.
Dan resiko memiliki tiga kategori:
-
Resiko proyek : berefek
pada perencanaan proyek.
-
Resiko teknikal :
berefek pada kualitas dan waktu pembuatan perangkat lunak.
-
Resiko bisnis : berefek
pada nilai jual produk
Contoh : Seorang programmer yang sangat
pintar keluar. Resiko yang mana?
Gambar 1
Langkah dalam manajemen proses
adalah :
Proses
ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam
manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah
mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang
dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
- Brainstorming
- Survei
- Wawancara
- Informasi histori
- Kelompok kerja
Tipe-tipe
resiko:
Untuk
keperluan identifikasi dan mengelola resiko yang dapat menyebabkan sebuah
pengembangan melampaui batas waktu dan biaya yang sudah dialokasikan maka perlu
diidentifikasikan tiga tipe resiko yang ada yaitu:
- Resiko yang disebabkan karena kesulitan melakukan estimasi.
- Resiko yang disebabkan karena asumsi yang dibuat selama proses perencanaan.
- Resiko yang disebabkan adanya even yang tidak terlihat (atau tidak direncanakan).
Beberapa
kategori faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
- Application Factor
Sesuatu
yang alami dari aplikasi baik aplikasi pengolahan data yang sederhana, sebuah
sistem kritis yang aman maupun sistem terdistribusi yang besar dengan elemen
real time terlihat menjadi sebuah faktor kritis. Ukuran yang diharapkan dari
aplikasi juga sesuatu yang penting – sistem
yang lebih besar, lebih besar dari masalah error, komunikasi dan
manajemennya.
- Staff Factor
Pengalaman
dan kemampuan staf yang terlibat merupakan faktor utama – seorang programer yang berpengalaman, diharapkan akan
sedikit melakukan kesalahan dibandingkan dengan programer yang sedikit
pengalamannya. Akan tetapi kita harus juga mempertimbangkan ketepatan
pengalaman tersebut- pengalaman membuat modul dengan Cobol bisa mempunyai nilai
kecil jika kita akan mengembangkan sistem kendali real-time yang komplek dengan
mempergunakan C++.
Beberapa faktor seperti tingkat kepuasan staf
dan tingkat pergantian dari staf juga penting untuk keberhasilan sebarang
pengembangan – staf yang tidak termotivasi atau person utama keluar dapat
menyebabkan kegagalan pengembangan.
- Project Factor
Merupakan hal yang penting bahwa pengembangan dan
obyektifnya terdefinisi dengan baik dan diketahui secara jelas oleh semua
anggota tim dan semua stakeholder utama. Jika hal ini tidak terlaksana dapat
muncul resiko yang berkaitan dengan keberhasilan pengembangan tersebut. Dengan
cara serupa, perencanaan kualitas yang formal dan telah disepakati harus
dipahami oleh semua partisipan. Jika perencanaan kualitas kurang baik dan
tidak tersosialisasi maka dapat mengakibatkan gangguan pada pengembangan
tersebut.
- Project Methods
Dengan mempergunakan spefikasi dan metode
terstruktur yang baik pada manajemen pengembangan dan pengembangan sistem akan
mengurangi resiko penyerahan sistem yang tidak memuaskan atau terlambat. Akan
tetapi penggunaan metode tersebut untuk pertama kali dapat mengakibatkan
problem dan delay.
- Hardware/software Factor
Sebuah pengembangan yang memerlukan hardware baru
untuk pengembangan mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
software yang dapat dibangun pada hardware yang sudah ada (dan familiar).
Sebuah sistem yang dikembangkan untuk satu jenis hardware atau software
platform tertentu jika dipergunakan pada hardware atau software platform
lainnya bisa menimbulkan resiko tambahan (dan tinggi) pada saat instalasi.
- Changeover Factor
Kebutuhan perubahan “all-in-one” kedalam suatu
sistem baru mempunyai resiko tertentu. Perubahan secara bertahap atau gradual
akan meminimisasi resiko akan tetapi cara tersebut tidak praktis. Menjalankan
secara paralel dapat memberikan solusi yang aman akan tetapi biasanya tidak
mungkin atau terlalu mahal.
- Supplier Factor
Suatu pengembangan yang melibatkan organisasi
eksternal yang tidak dapat dikendalikan secara langsung dapat mempengaruhi
keberhasilan pengembangan. Misal tertundanya instalasi jalur telpon
atau pengiriman peralatan yang sulit dihindari- dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan.
- Environment Factor
Perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi
keberhasilan pengembangan. Misal terjadi perubahan regulasi pajak, akan
mempunyai dampak yang cukup serius pada pengembangan aplikasi penggajian.
- Health and Safety Factor
Ada satu isu utama yaitu faktor kesehatan dan
keamanan dari partisipan yang terlibat dalam pengembangan software walaupun
tidak umum (dibandingkan dengan pengembangan teknik sipil) yang dapat
mempengaruhi aktifitas pengembangan.
3. Rencana Risk Management (Rencana Manajemen Resiko)
Informasi yang terkandung dalam
dokumen Manajemen Resiko :
Metodologi
Peran & Tanggung Jawab
Dana & Biaya (yang berkaitan dengan resiko)
Kategori Resiko
Kemungkinan dan Pengaruh Resiko
Dokumentasi Resiko
Format dan proses yang akan dilakukan dalam aktivitas
manajemen resiko
•
Proses memutuskan
bagaimana mendekati dan melaksanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
•
Memastikan tingkat, tipe,
dan visibilitas manajemen risiko yang setara dengan risiko dan kepentingan
proyek bagi organisasi
•
Menyediakan sumberdaya
dan waktu yang memadai untuk aktivitas manajemen risiko
•
Menetapkan basis yang
disepakati untuk mengevaluasi risiko.
4. Analisis Resiko
Setelah melakukan identifikasi
resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan cara melihat
potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas
terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko
memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas
suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting
untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan
dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam
pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena
informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu.
Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit
untuk asset immateriil. Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang
dihasilkan suatu resiko.
Dampak
|
Biaya
|
Waktu
|
Kualitas
|
Sangat rendah
|
Dana mencukupi
|
Agak menyimpang dari target
|
Kualitas agak berkurang namun
masih dapat digunakan
|
Rendah
|
Membutuhkan dana tambahan
|
Agak menyimpang dari target
|
Gagal untuk memenuhi janji pada
stakeholder
|
Sedang
|
Membutuhkan dana tambahan
|
Penundaan berdampak terhadap
stakeholder
|
Beberapa fungsi tidak dapat
dimanfaatkan
|
Tinggi
|
Membutuhkan dana tambahan yang
signifikan
|
Gagal memenuhi deadline
|
Gagal untuk memenuhi kebutuhan
banyak stakeholder
|
Sangat tinggi
|
Membutuhkan dana tambahan yang substansial
|
Penundaan merusak proyek
|
Proyek tidak efektif dan tidak
berguna
|
Setelah
mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu resiko, maka kita dapat
mengetahui potensi suatu resiko. Untuk mengukur bobot resiko kita dapat
menggunakan skala dari 1 – 5 sebagai berikut seperti yang disarankan oleh JISC
InfoNet:
Skala
|
Probabilitas
|
Dampak
|
Sangat rendah
|
Hampir tidak mungkin terjadi
|
Dampak kecil
|
Rendah
|
Kadang terjadi
|
Dampak kecill pada biaya, waktu
dan kualitas
|
Sedang
|
Mungkin tidak terjadi
|
Dampak sedang pada biaya, waktu
dan kualitas
|
Tinggi
|
Sangat mungkin terjadi
|
Dampak substansial pada biaya,
waktu dan kualitas
|
Sangat tinggi
|
Hampir pasti terjadi
|
Mengancam kesuksesan proyek
|
Setelah resiko yang dapat mempengaruhi pengembangan
teridentifikasi maka diperlukan cara untuk menentukan tingkat kepentingan dari
masing-masing resiko. Beberapa resiko secara relatif tidak terlalu fatal (misal
resiko keterlambatan penyerahan dokumentasi) sedangkan beberapa resiko lainnya
berdampak besar. (misal resiko keterlambatan penyerahan software).
Beberapa resiko sering terjadi (salah satu anggota tim sakit sehingga tidak
bisa bekerja selama beberapa hari). Sementara itu resiko lainnya jarang terjadi
(misal kerusakan perangkat keras yang dapat mengakibatkan sebagian program
hilang).
Probabilitas terjadinya resiko sering disebut dengan risk likelihood;
sedangkan dampak yang akan terjadi jika resiko tersebut terjadi dikenal
dengan risk impact dan tingkat kepentingan resiko disebut dengan risk
value atau risk exposure. Risk value dapat dihitung dengan formula :
Risk exposure =
risk likelihood x risk impact
Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter
dan likelihood dievaluasi sebagai sebuah probabilitas. Dalam hal ini risk
exposure akan menyatakan besarnya biaya yang diperlukan berdasarkan perhitungan
analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai resiko dapat dibandingkan
antara satu dengan lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing
resiko.
Akan tetapi, estimasi biaya dan probabilitas
tersebut sulit dihitung, subyektif, menghabiskan waktu dan biaya. Untuk
mengatasi hal ini maka diperlukan beberapa pengukuran yang kuantitatif untuk
menilai risk likelihood dan risk impact, karena tanpa ini sulit untuk
membandingkan atau meranking resiko tersebut untuk berbagai keperluan. Akan
tetapi, usaha yang dilakukan untuk medapatkan sebuah estimasi kuantitatif
yang baik akan menghasilkan pemahaman yang mendalam dan bermanfaat atas
terjadinya suatu permasalahan.
Beberapa manajer resiko mempergunakan sebuah metode
penilaian yang sederhana untuk menghasilkan ukuran yang kuantitatif pada saat
mengevaluasi masing-masing resiko. Beberapa manajer memberikan kategori pada
likelihood dan impact dengan high, medium atau low. Akan tetapi bentuk ini
tidak memungkinkan untuk menghitung risk exposure. Sebuah pendekatan yang lebih
baik dan populer adalah memberikan skor pada likelihood dan impact dengan skala
tertentu misal 1-10. Jika suatu resiko kemungkinan besar akan terjadi diberi
skor 10, sedangkan jika kecil jika kemungkinan terjadinya kecil maka akan
diberi nilai 1.
Penilaian likelihood dan impact dengan skala 1-10
relatif mudah, akan tetapi kebanyakan manajer resiko akan berusaha untuk
memberikan skor yang lebih bermakna, misal skor likelihood 8 akan
dipertimbangkan dua kali likelihood dengan skor 4.
Hasil pengukuran impact, dapat diukur dengan
skor yang serupa, harus dimasukkan pada perhitungan total risk dari proyek
tersebut. Untuk itu harus melibatkan beberapa biaya potensial seperti :
·
Biaya yang diakibatkan keterlambatan penyerahan atas jadwal yang sudah
ditentukan
·
Biaya yang berlebihan dikarenakan harus menambah sumber daya atau
dikarenakan mempergunakan sumber daya yang lebih mahal
Biaya yang tidak terlihat pada beberapa
komponen kualitas atau fungsionalitas system.
Tabel 6.1 berikut ini memperlihatkan contoh hasil evaluasi nilai resiko.
Perhatikan bahwa resiko yang bernilai tertinggi tidak selalu akan menjadi
resiko yang pasti terjadi maupun akan menjadi resiko dengan potensi impact yang
terbesar.
Tabel Contoh evaluasi
nilai risk exposure
|
Hazard
|
L
|
I
|
R
|
R1
|
Perubahan spesifikasi
kebutuhan selama coding
|
1
|
8
|
8
|
R2
|
Spesifikasi perlu
lebih lama dibandingkan yang diperlukan
|
3
|
7
|
21
|
R3
|
Staf sakit yang
berpengaruh pada aktifitas yang kritis
|
5
|
7
|
35
|
R4
|
Staf sakit yang
berpengaruh pada aktifitas yang tidak kritis.
|
10
|
3
|
30
|
R5
|
Pengkodean modul
lebih lama dibandingkan yang diharapkan
|
4
|
5
|
20
|
R6
|
Pengujian modul
memperlihatkan kesalahan atau ketidakefisiensian dalam desain.
|
1
|
10
|
10
|
1. Analisis Resiko Kuantitatif
•
Dikerjakan berdasarkan
risiko yang diprioritaskan oleh proses analisis risiko kualitatif
•
Proses menggunakan
teknik seperti simulasi montecarlo dan pohon keputusan untuk:
–
Menghitung hasil yang
mungkin dan peluangnya
–
Menilai peluang untuk
mencapai tujuan proyek
–
Mengidentifikasi risiko
yang membutuhkan perhatian paling besar dengan menghitung kontrubisi relatifnya
terhadap keseluruhan risiko proyek
–
Mengidentifikasi biaya,
jadwal, dan target ruang lingkup yang realistik dan dapat dicapai
–
Menentukan keputusan
manajemen proyek ketika beberapa kondisi atau hasil tidak pasti
Contohnya
: Provinsi Y merupakan daerah endemik brucellosis dengan prevalensi 5%, dan Provinsi
Z memerlukan 50 ekor sapi dari daerah tersebut, berapa besar risiko ketika
Provinsi Z memasukan 50 ekor sapi yang berasal dari Provinsi Y?
·
Kemungkinan satu ekor sapi
tertular brucellosis adalah 0,05 (prevalensi)
·
Sehingga kemungkinan TIDAK
tertular adalah 0,95 (1-prevalensi)
·
Kemungkinan seluruh sapi yang
diambil dari Provinsi Z TIDAK tertulah adalah (0,95)50
·
Oleh karena itu, kemungkinan
ditemukannya minimal satu ekor positif brucellosis adalah 1-(0,95)50
·
Hal ini berarti sekitar 92%
kemungkinannya bahwa setidaknya satu ekor sapi dari 50 ekor sapi yang masuk ke
Provinsi Z positif brucellosis.
·
Sebagai Dokter hewan berwenang
di Provinsi Z, apakah anda akan membeli 50 ekor sapi
tadi dari Provinsi Y?
2. Analisis resiko kualiitatif
Menilai
prioritas risiko teridentifikasi menggunakan peluang terjadinya dan dampaknya
terhadap tujuan proyek bila risiko itu terjadi
Menilai
faktor-faktor lain seperti kerangka waktu dan tolerasi risiko dari kendala
biaya, jadwal, ruang lingkup, dan mutu.
5. Rencana Contingency dan Fallback
Untuk
resiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contigency plan haruslah sesuai dengan
proposional terhadap dampak resiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali
lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi resiko
dibandingkan mengembangkan contingency plan
yang jika diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa skenario
memang membutuhkan full contingency plan,
tergantung pada proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara contingency planning dengan re-planning
normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek yang
berjalan.
Tabel resiko proyek software dan
strategi mengurangi resiko
Resiko
|
Teknik mengurangi resiko
|
Kegagalan pada personil
|
· Memperkerjakan staf yang handal
· Job matching
· Membangun tim
·
Mengadakan pelatihan dan peningkatan karir
· Membuat jadwal lebih awal bagi
personil utama
|
Estimasi biaya dan waktu yang tidak realistis
|
·
Membuat beberapa estimasi
·
Desain untuk biaya
·
Meningkatkan pengembangan
·
Merekam dan menganalisa proyek sebelumnya
·
Standarisasi metode
|
Mengembangkan fungsi software yang salah
|
·
Evaluasi proyek ditingkatkan
·
Buat metode spesifikasi yang formal
·
Survey pengguna
·
Buat prototype
·
Buat user manual lebih awal
|
Mengembangkan antarmuka pengguna yang salah
|
·
Membuat prototype
·
Analisis tugas
·
Keterlibatan pengguna
|
Gold plating
|
·
Mengurangi kebutuhan
·
Membuat prototype
·
Analisis biaya manfaat
·
Desain biaya
|
Terlambat untuk mengubah kebutuhan
|
·
Mengubah prosedur kendali
·
Membatasi perubahan yang terlalu banyak
·
Meningkatkan prototype
·
Meningkatkan pengembangan (akibat perubahan)
|
Kegagalan pada komponen yang disuplai pihak eksternal
|
·
Melakukan benchmarking
·
Inspeksi
·
Spesifikasi formal
·
Kontrak perjanjian
·
Prosedur dan sertifikasi jaminan kualitas
|
Kegagalan menjalankan tugas eksternal
|
·
Prosedur jaminan kualitas
·
Desain / prototype yang kompetitif
·
Membangun tim
·
Kontrak insentif
|
Kegagalan kinerja real-time
|
·
Simulasi
·
Benchmarking
·
Prototipe
·
Tuning
·
Analisis teknis
|
Pengembangnya terlalu sulit secara teknis
|
·
Analisa teknis
·
Analisis biaya manfaat
·
Prototipe
·
Melatih dan mengembangkan staf
|
6. Kategori resiko dan identifikasi resiko.
Pengelolaan
resiko melibatkan penggunaan dua strategi:
1) Risk exposure dapat dikurangi dengan
mengurangi likehood atau impact
2) Pembuatan rencana kontingensi berkaitan
dengan kemungkinan resiko yang akan terjadi.
Sebarang
usaha untuk mengurangi sebuah risk exposure atau untuk melakukan sebuah rencana
kontigensi akan berhubungan dengan biaya yang berkaitan dengan usaha tersebut.
Merupakan hal yang penting untuk menjamin bahwa usaha ini dilaksanakan dengan
cara yang paling efektif dan diperlukan cara untuk memprioritaskan resiko
sehingga usaha yang lebih penting dapat menerima perhatian yang lebih besar.
Estimasi
nilai likehood dan impact dari masing-masing usaha tersebut akan menentukan
nilai risk exposure. Setelah risk exposure dapat dihitung maka resiko dapat
diberi prioritas high, medium atau low sesuai dengan besar kecilnya nilai risk
exposure.
Risk
exposure yang berdasarkan pada metode penilaian perlu diberikan beberapa
perhatian. Hasil evaluasi pada tabel 1, contoh, tidak memperlihatkan resiko R5
adalah dua kali lebih penting dibandingkan R6. Pada kasus ini, kita tidak bias
mengintepretasikan nilai risk exposure secara kuantitatif disebabkan nilai
tersebut didasarkan pada metode penilaian yang non-cardinal. Pada kasus kedua,
nilai exposure yang terlalu berjauhan akan mampu untuk membedakan antara resiko
tersebut. Akan tetapi risk exposure akan memungkinkan kita untuk memperoleh
suatu ranking sesuai dengan kepentingannya. Pertimbangkan resiko pada tabel 1,
R3 dan R4 merupakan resiko yang paling penting dan kita dapat
mengklasifikasikannya dengan high risk. Tingkat kepentingan yang berbeda dapat
membedakan antara skor exposure satu dan dua ini dengan exposure tertinggi
berikutnya yaitu R2. R2 dan R5 mempunyai skor yang hampir sama dan dapat
dikelompokkan pada resiko dengan prioritas medium. Dua resiko lainnya, R1 dan
R6 mempunyai nilai exposure yang rendah sehingga dapat dikelompokan pada
prioritas rendah.
Dalam
kenyataannya, secara umum ada beberapa factor lain, selain nilai risk exposure,
yang harus diperhitungkan pada saat menentukan prioritas resiko.
Kepercayaan
terhadap penilaian resiko
Beberapa
penilaian risk exposure relative kurang. Untuk diperlukan investigasi lebih
lanjut sebelum tindakan diambil.
Penggabungan
resiko
Beberapa
resiko saling bergantung dengan lainnya. Dalam hal ini maka beberapa resiko
tersebut perlu dianggap sebagai satu resiko.
Jumlah
resiko
Perlu
batas jumlah resiko yang dapat dipertimbangkan secara efektif dan dapat diambil
tindakannya oleh seorang manajer proyek. Untuk itu perlu dibatasi ukuran daftar
prioritas.
Biaya
tindakan
Beberapa
resiko, yang suatu saat dapat dikenali, dapat dikurangi atau dicegah segera
dengan biaya atau usaha yang sedikit tanpa menganggap nilai resikonya. Untuk
resiko lainnya perlu dilakukan perbandingan antara biaya yang diperlukan dengan
benefit yang diperoleh dengan mengurangi resiko tersebut. Satu metode untuk
melaksanakan perhitungan ini adalah dengan menghitung risk reduction leverage
(RRL) dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut:
RRL = REbefore
- REafter
Risk reduction cost
REbefore adalah nilai risk exposure
semula, REafter adalah nilai risk exposure yang diharapkan setelah
diambil tindakan dan risk education cost adalah biaya untuk implementasi
tindakan pengurangan resiko. Risk reduction cost harus dinyatakan dengan unit
yang sama dengan nilai resiko yaitu nilai moneter yang diperlukan atau dengan
nilai skor. Jika nilai yang diharapkan ternyata lebih besar maka RRL yang lebih
besar memperlihatkan bahwa kita perlu berharap untuk meningkatkan rencana
pengurangan resiko disebabkan reduksi risk exposure yang diharapkan lebih besar
dibandingkan dengan biaya rencana.
7. Simulasi dan contohnya.
Pengelolaan
resiko
Jenis-jenis
cara mengelola resiko :
a. Risk Avoidance
Yaitu
memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial
keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b. Risk Reduction
Risk reduction atau
disebut juga risk mitigation yaitu
merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.
c. Risk Transfer
Yaitu
memindahkan resiko pada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi)
maupun hedging.
d. Risk Deferral
Dampak
suatu resiko tidak selalu konstan. Risk
deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana
probabilitas terjadinya resiko tersebut kecil.
e. Risk Retention
Walaupun
resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya,
namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari
aktivitas.
Penanganan
resiko:
a. High probability, high
impact: resiko jenis ini umumnya dihindari
ataupun ditransfer.
b. Low probability, high
impact: respon paling tepat untuk tipe resiko
ini adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi resiko
serta kembangkan contingency plan.
c. High probability, low
impact: mitigasi resiko dan kembangkan contingency plan.
d. Low probability, low
impact: efek dari resiko ini dapat dikurangi,
namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini
mungkin lebih baik untuk menerima efek dari resiko tersebut.
8. Rencana Risk Response
Proses
mengembangkan pilihan dan menentukan tindakan untuk meningkatkan kesempatan dan
mengurangi ancaman terhadap tujuan proyek. Ini mengikuti analisis risiko
kualitatif dan kuantitatif.
Perencanaan
Manajemen Risiko
•
Proses memutuskan
bagaimana mendekati dan melaksanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
•
Memastikan tingkat,
tipe, dan visibilitas manajemen risiko yang setara dengan risiko dan
kepentingan proyek bagi organisasi
•
Menyediakan sumberdaya
dan waktu yang memadai untuk aktivitas manajemen risiko
•
Menetapkan basis yang
disepakati untuk mengevaluasi risiko.
•
Proses memutuskan
bagaimana mendekati dan melaksanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
•
Memastikan tingkat,
tipe, dan visibilitas manajemen risiko yang setara dengan risiko dan
kepentingan proyek bagi organisasi
•
Menyediakan sumberdaya
dan waktu yang memadai untuk aktivitas manajemen risiko
•
Menetapkan basis yang
disepakati untuk mengevaluasi risiko.
Pada
rencana risk respon mempunyai beberapa strategi, yaitu :
1.
Strategi untuk Risiko Negatif
•
Avoid: penghindaran
risiko melibatkan perubahan rencana manajemen untuk menghilangkan ancaman oleh
risiko merugikan, mengisolasi tujuan proyek dari dampak risiko, atau
mengendurkan tujuan yang dalam bahaya.
•
Transfer: pemindahan
risiko mensyaratkan penggantian penerima dampak negatif dari pemilik ke pihak
ketiga.
•
Mitigate: pengurangan
peluang dan atau dampak peristiwa berisiko merugikan ke ambang/ batas yang
dapat diterima
2.
Strategi untuk risiko positif
•
Exploit. Strategi untuk
memastikan bahwa kesempatan (risiko positif) dapat terealisasi. Contoh:
menugaskan SDM yang lebih berbakat untuk mengurangi waktu penyelesaian atau
menyediakan mutu lebih baik dari yang direncankan.
•
Share. Alokasi
kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki kemampuan
terbaik
menangkap peluang manfaat proyek. Contoh: special purposes company, joint
venture
•
Enhance. Memodifikasi
“ukuran” kesempatan dengan meningkatkan peluang dan atau dampak
positif dengan mengidentifikasi dan memaksimalkan pengendali kunci dari
risiko berdampak positif.
3.
Strategi untuk ancaman dan kesempatan
•
Acceptance:
sangat jarang kemungkinan untuk
menghilangkan seluruh risiko proyek. Tim proyek memutuskan tidak mengubah
rencana manajemen proyek untuk menyesuaikan dengan risiko.
Penerimaan
pasifàtidak ada tindakan
Penerimaan
aktif àmenetapkan cadangan kontingensi
termasuk jumlah waktu, uang, dan sumber daya
4.
Strategi Respon Kontingen
Beberapa
respon dirancang untuk digunakan hanya bila peristiwa tertentu terjadi. Untuk
beberapa risiko, tim proyek membuat rencana respon yang hanya akan dilaksanakan
dibawah kondisi tertentu.
9. Monitoring resiko dan pengawasan
Mengidentifikasi,
menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian penting dalam
perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti sampai
disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu
perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko.
Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari
identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifitas respon
yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun
berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi maka respon yang dipilih akan
sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
Terdapat
beberapa cara identifikasi resiko, yaitu :
•
Menentukan risiko-risiko
yang mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya.
•
Peserta yang terlibat:
manajer proyek, anggota tim proyek, anggota manajemen risiko, ahli teknis
diluar tim proyek, customer, end user, dan ahli manajemen risiko
•
Merupakan proses
iteratif karena risiko-risiko baru mungkin diketahui sebagai kemajuan proyek
melalui siklus hidupnya.
10. Pengawasan Risk Response
Proses
mengidentifikasi, menganalisis, dan merencanakan risiko-risiko yang baru
muncul, melacak risiko teridentifikasi, menganalisis ulang risiko sekarang,
memonitor kondisi pemicu rencana kontingensi, memonitor sisa risiko, dan
mereview pelaksanaan respon risiko saat mengevaluasi keefektivannya.
Tujuan
lainnya adalah untuk memastikan bila: asumsi proyek masih valid, risiko
(sebagaimana telah dinilai) berubah dari sebelumnya, kebijakan dan prosedur
manajemen risiko diikuti, cadangan biaya dan jadwal kontingensi dimodifikasi
sesuai risiko proyek .
11. Penggunaan software dalam membantu Project Risk Management
Secara umum, tim perangkat lunak tidak berbuat apa-apa di
seputar risiko sampai sesuatu yang buruk terjadi dan baru kemudian tim tersebut
melakukan aksi untuk membetulkan masalah itu dengan cepat
menggunakan software.
Memikirkan risiko sebelum kerja teknis diawali. Risiko
potensial diidentifikasi, probabilitas dan pengaruh proyek diperkirakan, dan
diprioritaskan menurut kepentingan. Serta sangat
dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan atau jalan keluar dari sebuah
resiko dalam manajemen resiko. Misalnya
pemakaian aplikasi pakar.
B. KESIMPULAN
Manajemen
resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan
strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek
negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta
tuntutan hokum).
Maka
dapat disimpulkan bahwa Dengan kita melakukan project risk management
(manajemen resiko) maka kita dapat mengurangi resiko-resiko yang mungkin
terjadi pada sebuah proyek yang kita jalankan dan biarpun mengalami sebuah
kendala tetapi masih bisa diperbaiki lagi dengan melihat bagian-bagian dari
manajemen resiko yang sudah ditentukan,yaitu:
1)
Rencana Risk Management (Rencana Manajemen Resiko)
2)
Analisis Resiko
3)
Rencana Contingency dan Fallback
4)
Kategori resiko dan identifikasi resiko
5)
Simulasi
6)
Rencana Risk Response
7) Monitoring resiko dan
pengawasan
8)
Pengawasan Risk Response
C. SARAN
Dari
semua pembahasan diatas dapat disarankan agar pembaca bisa menerapkan dalam
pengerjaan proyek yang akan dilaksanakan memakai manajemen resiko, karena cukup
banyak resiko-resiko yang tidak jarang dijumpai dalam pengerjaan setiap proyek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar